Majalah Dunia Diet & Berita Kesehatan
Berita  

Penyebaran Virus Oropouche: Mengenal Cara Penularannya!

Mengintip Cara Penyebaran Virus Oropouche: Apa yang Perlu Diketahui?

DuniaDiet.com – Virus oropouche dan cara penularannya penting diketahui saat ini. Sebab, virus tersebut telah menimbulkan kematian pada dua orang warga Brasil yang pertama kali terjadi. Dua wanita asal Brazil yang berusia di bawah 30 tahun dilaporkan meninggal karena demam oropouche yang menyerupai gejala demam berdarah.
Menurut Kementerian Kesehatan Brasil, kedua wanita tersebut tidak memiliki penyakit penyerta namun mengalami gejala yang mirip dengan demam berdarah.
Melansir laman Financial Express, Rabu (31/7/2024), hingga Juli 2024 Brasil telah mencatat 7.236 kasus demam oropouche di 20 negara bagian. Pada 27 Mei 2024, Kementerian Kesehatan Masyarakat Kuba juga melaporkan adanya wabah penyakit akibat virus Oropouche yang pertama. Sebanyak 74 kasus terkonfirmasi dilaporkan dari Provinsi Santiago de Cuba dan Provinsi Cienfuegos.

Apa Itu Virus Oropouche?

Virus oropouche pertama kali terdeteksi di Trinidad dan Tobago pada 1955. Virus ini sebagian besar ditularkan melalui gigitan nyamuk, meskipun dapat juga menyebar melalui nyamuk.
“Sangat penting untuk diingat bahwa, menurut pengetahuan kami saat ini, virus ini tidak menular langsung dari manusia ke manusia,” kata peneliti penyakit menular asal Italia, Concetta Castilletti, kepada AFP.
Demam oropouche disebabkan oleh virus Oropouche, yang paling sering ditularkan melalui gigitan nyamuk Culicoides paraensis. Gejala penyakit ini menyerupai demam berdarah dan biasanya muncul antara empat hingga delapan hari setelah gigitan. Gejalanya tiba-tiba dan biasanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri, menggigil, kekakuan sendi, serta terkadang mual dan muntah.
Kebanyakan pasien pulih dalam waktu sekitar tujuh hari. Menurut WHO, kasus yang parah jarang terjadi. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus yang tersedia untuk penyakit ini.
Tidak ada obat untuk mengobati penyakit virus oropouche. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), perawatan suportif direkomendasikan untuk manajemen klinis pasien. Perawatan untuk gejalanya dapat mencakup istirahat, minum, dan penggunaan analgesik dan antipiretik. Pasien yang mengalami gejala yang lebih parah harus dirawat di rumah sakit untuk observasi ketat dan pengobatan suportif.
“Semua pasien yang diduga demam berdarah secara klinis harus mendapat penanganan yang tepat tanpa menunggu hasil tes diagnostik. Pasien harus disarankan untuk menghindari obat yang mengandung aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid lain sampai demam berdarah dapat disingkirkan untuk mengurangi risiko perdarahan,” saran CDC.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *