Duniadiet.com – TAIWAN – Klinik di dalam Taiwan mengalami lonjakan permintaan vaksinasi flu pasca meninggalnya artis terkenal Barbie Hsu akibat pneumonia yang dimaksud disebabkan oleh influenza A. Kabar duka ini mengejutkan berbagai pihak lalu menggalakkan publik untuk segera mendapatkan vaksin flu guna menghurangi risiko serupa.
Meninggalnya Barbie Hsu yang mana mendadak akibat komplikasi influenza A memicu kesadaran rakyat tentang bahaya penyakit ini. Banyak penggemarnya yang digunakan segera menuju klinik untuk mendapatkan vaksin flu sebagai langkah pencegahan.
Sejak Oktober, flu telah dilakukan menjadi kesulitan kemampuan fisik yang semakin meningkat pada Taiwan. Pada 12 Januari 2025, lebih banyak dari 140.000 kunjungan ke unit gawat darurat tercatat untuk gejala mirip flu, juga jumlah agregat ini meningkat menjadi lebih besar dari 160.000 di minggu berikutnya.
Dilansir dari Dimsum Daily, Kamis (6/2/2025), meskipun banyak klinik tutup selama liburan Tahun Baru Imlek, lebih lanjut dari 80.000 orang tetap saja mencari perawatan medis. Pusat Pengendalian Penyakit memperkirakan jumlah total kunjungan bisa jadi melebihi 180.000 di beberapa minggu ke depan.
Dari 1 Oktober 2024 hingga 2 Februari 2025, Taiwan mencatatkan 641 tindakan hukum flu parah juga 132 kematian terkait flu, di area mana lebih besar dari 90 persen pasien yang mana mengalami kondisi serius belum divaksinasi. Dari total 6,78 jt dosis vaksin flu yang tersebut tersedia musim ini, hanya sekali sekitar 200.000 dosis yang tersisa.
Bagi penduduk yang belum menerima vaksinasi flu, ini bisa jadi menjadi kesempatan terakhir untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi parah. Di sisi lain meninggalnya pemeran Shancai itu mengakibatkan kegelisahan di tempat berbagai negara.
Terutama di tempat Hong Kong, yang ketika ini mengalami peningkatan signifikan di tindakan hukum flu. Sejak awal Januari, Hong Kong telah lama mencatatkan data 122 kematian pada empat minggu pertama musim flu.
Ketua Komite Ilmiah Penyakit yang tersebut Dapat Dicegah dengan Vaksin Profesor Lau Yu-lung mengungkapkan bahwa dari tindakan hukum kematian tersebut, 11 di dalam antaranya berusia antara 18 hingga 64 tahun. Meskipun tingkat kematian pada kelompok usia ini lebih besar rendah dibandingkan dengan lansia, masih ada risiko komplikasi serius, teristimewa bagi kelompok yang dimaksud rentan.
Profesor Lau menyarankan agar siapa pun yang tersebut mengalami gejala flu selama lebih besar dari lima hingga enam hari tanpa perbaikan segera mencari bantuan medis. Ia juga merekomendasikan bagi mereka yang mana ragu untuk divaksinasi agar menyebabkan obat antivirus yang harus dikonsumsi di dua hari pertama pasca munculnya gejala.
Dalam wawancara radio, Profesor Lau juga melaporkan 18 perkara flu parah di dalam antara merekan yang dimaksud berusia 18 hingga 49 tahun, dengan empat kematian, juga 36 tindakan hukum kritis pada kelompok usia 50 hingga 64 tahun, yang mana mengakibatkan tujuh kematian.